Tafsir QS An-Nisa ayat 86

Infaq pengembangan materi di web ini dapat ditransfer via Bank JAGO No. Rekening (542) 5000 4711 7650 atas nama YOSEP SAEFUL AZHAR

Dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 86, Allah Ta'ala berfirman:

وَاِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَحْسَنَ مِنْهَآ اَوْ رُدُّوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبًا

"Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sesungguhnya Allah membuat perhitungan terhadap segala sesuatu". (QS An-Nisa [4]: 86)

Tafsir Mufrodat

Kalimah "Huyyitum" asal lafadznya "At-Tahiyyat", wazan "Taf'ilatan" dari kalimah "haya" (hidup). Asalnya dari kalimah "Tahyiyatan", kemudian huruf ya ( ي ) pertama di-idgham-kan ke huruf ya ( ي ) yang kedua, sehingga menjadi "Tahiyyatan". Pada asalnya, lafadz ini digunakan untuk mendo'akan kehidupan bagi seseorang dengan ucapan " حَيَّاكَ الله " (Semoga Allah [senantiasa] memberikan kehidupan kepada Anda). Kemudian istilah ini menjadi nama bagi setiap doa dan pujian, seperti ucapan "Selamat Pagi", "Selamat Siang", dan "Selamat Malam".

Dalam uraian Imam Al-Khazin, ungkapan penghormatan tersebut biasa digunakan oleh orang-orang Arab sebelum Islam. Ketika Islam datang, maka ungkapan ini diganti dengan ucapan salam (Assalamu 'alaikum). Digunakannya ucapan salam sebagai tanda penghormatan karena makna ucapan ini (keselamatan) merupakan unsur luar yang menunjang kehidupan dan menjadi sebab-sebab kehidupan di dunia atau di akhirat. Dan ucapan ini kedudukannya lebih sempurna dan lebih baik, karena makna salam itu sendiri adalah keselamatan dari berbagai hal. Jika seseorang mendoakan lamanya kehidupan (usia panjang) tanpa diiringi dengan keselamatan, maka kehidupannya akan tercela dan merugi. Tetapi jika kehidupannya diiringi dengan keselamatan, maka hal ini tentu akan lebih baik dan lebih sempurna. (Tafsir Al-Khazin)

Dalam Islam, istilah ini diucapkan dalam ungkapan "Assalamu 'alaikum", sehingga ia diartikan sebagai "Salam Penghormatan" yang kandungan maknanya adalah doa dan saling mendoakan. Selain itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menetapkan salam penghormatan sesama muslim dengan ucapan "Assalamu 'alaikum" (Semoga keselamatan mengiringi kehidupan Anda), menurut Imam Al-Maraghi, menjadi suatu isyarat bahwa agama [Islam] ini adalah agama keselamatan dan kedamaian. (Tafsir Al-Maraghi)

Tafsir Ayat

Dengan uraian Tafsir Mufrodat di atas, menjadi jelas bahwa yang dimaksud dengan "Salam Penghormatan" adalah ucapan "Assalamu 'alaikum". Dengan ini, maka maksud dari ayat tersebut secara sederhananya adalah "Apabila kamu menerima salam penghormatan berupa ucapan Assalamu 'alaikum, maka balaslah ucapan itu dengan ucapan yang lebih baik atau ucapan yang sepadan", sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadis sebagai berikut.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ سَهْلٍ الرَّمْلِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ السَّري الْأَنْطَاكِيُّ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ لَاحِقٍ، عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدي، عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ: "وَعَلَيْكَ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ". ثُمَّ أَتَى آخرفَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَعَلَيْكَ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ". ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ فَقَالَ لَهُ: "وَعَلَيْكَ" فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، أَتَاكَ فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَسَلَّمَا عَلَيْكَ فَرَدَدْتَ عَلَيْهِمَا أَكْثَرَ مِمَّا رَدَدْتَ عَلَيَّ. فَقَالَ: "إِنَّكَ لَمْ تَدَعْ لَنَا شَيْئًا، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا} فَرَدَدْنَاهَا عَلَيْكَ".

Kata Ibnu Jarir: Telah menceritakan kepadaku Musa bin Sahl Ar-Ramli; Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin As-Sari Al-Anthaki; Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Lahiq; Dari 'Ashim Al-Ahwal; dari Abu 'Usman An-Nahdi; Dari Salman Al-Farisi, ia berkata: "Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu ia mengucapkan 'Assalamu 'alaika, Ya Rasulullah'. Kemudian beliau menjawab: 'Wa 'alaika as-salam wa rahmatullah'. Kemudian datang lagi yang lainnya, lalu mengucapkan 'Assalamu 'alaika, Ya Rasulullah, wa rahmatullah'. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawabnya: 'Wa 'alaika as-salam wa rahmatullah wa barakatuh'. Kemudian datang lagi yang lainnya, lalu ia mengucapkan 'Assalamu 'alaika, Ya Rasulullah, wa rahmatullah wa barakatuh'. Maka beliau menjawabnya: 'Wa 'alaika'. Lalu laki-laki itu berkata kepadanya: 'Wahai Nabi Allah, demi bapakku dan ibuku, si Fulan dan si Fulan datang kepadamu, lalu keduanya mengucapkan salam kepadamu, kemudian Anda membalas keduanya dengan ucapan yang lebih daripada jawaban Anda kepadaku'. Lalu beliau menjawab: 'Sesungguhnya kamu ini tidak menyisakan [ucapan lain] sedikit pun bagi kami, Allah Ta'ala telah berfirman "Dan apabila kamu diberi suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang sepadan". Maka kami pun membalas [sesuai isi ayat ini] kepadamu".

Hadis ini menunjukkan bahwa tidak ada tambahan lagi pada jawaban salam "Assalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh", karena jika disyariatkan jawaban yang lebih dari itu, tentunya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun akan menambahkannya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Adapun maksud dari ungkapan ayat "Sesungguhnya Allah membuat perhitungan terhadap segala sesuatu", terkait dengan awal ayat bahwasanya jawaban dari ucapan salam ini termasuk kebaikan yang akan tercatat sebagai pahala kelak di akhirat. Ibnu Katsir menyatakan, bahwa tambahan jawaban termasuk ke dalam hukum mandub, sedangkan jawaban yang sepadan termasuk ke dalam hukum wajib.

Posting Komentar

0 Komentar