Makna Dzikir dan Penerapannya

Infaq pengembangan materi di web ini dapat ditransfer via Bank JAGO No. Rekening (542) 5000 4711 7650 atas nama YOSEP SAEFUL AZHAR
Dzikir merupakan bagian dari ibadah dan wujud syukur atas nikmat Allah. Dengan demikian, aktivitas dzikir bertujuan untuk menggapai mardhatillah (keridhaan Allah) dan rahmat-Nya yang teramat luas. Dzikir disebut bagian dari ibadah karena diperintahkan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya. Demikian juga, dzikir disebut sebagai bagian dari wujud syukur kepada Allah SWT karena dengan berdzikir berarti kita sedang berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dikaruniakan-Nya.

Di antara ayat-ayat yang memerintahkan dzikir adalah sebagai berikut:

(1) Berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ

"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak". (QS Al-Ahzab [33]: 41)

Di ayat ini, Allah Ta'ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman supaya mereka berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak. Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Darda sebagai berikut.


Dari Abu Darda, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Apakah tidak [ingin] aku kabarkan kepada kalian sebaik-baiknya amal kalian dan sebersih-bersihnya amal ketika menguasaimu, serta paling tinggi derajatmu, dan akan lebih baik bagi kalian daripada memberi emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada kalian bertemu dengan musuh kalian lalu kalian memukul pundaknya dan mereka memukul pundak kalian?". Mereka berkata: "Apakah itu wahai Rasulullah?". Beliau menjawab: "Berdzikir kepada Allah". (HR Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

(2) Berdzikir sambil berdiri, duduk, dan sambil berbaring

فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman". (QS An-Nisa [4]: 103)

 

 

Hadis-hadis Dhaif tentang Dzikir

حَدَّثَنَا سُرَيج، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ قَالَ: أَنَّ دَرّاجا أَبَا السَّمْحِ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَكْثِرُوا ذِكْرَ اللَّهِ حَتَّى يَقُولُوا: مَجْنُونٌ

Telah menceritakan kepada kami Suraij; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab; Dari 'Amr bin Al-Harits, ia berkata: Sesungguhnya Darraj Abu Samhi telah menceritakan kepadanya; Dari Abu Al-Haitsam; Dari Abu Sa'id Al-Khudri, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Perbanyaklah dzikir kepada Allah sampai mereka berkata [dia] telah gila". (HR Ahmad)

Hadis ini diriwayatkan juga oleh Ibnu 'Asakir dalam kitab Tarikh-nya, Ibnu Hibban dalam kitab Shahih Ibnu Hibban, Ibnu Sunni dalam kitab 'Amalul Yaum wal Lailah, Ibnu 'Addiy, Al-Hakim, Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman, dan Abu Ya'la. Semua riwayat ini melalui jalur periwayatan Darraj Abu Samhi.

Dalam hadis ini ada rawi yang bernama Darraj Abu Samhi, ia seorang rawi yang dhaif. Imam An-Nasai menyebutkan dalam kitab ad-Dhu'afa wal Matrukin, "Darraj Abu Samhi itu Laisa bil Qawiy (tidak kuat)". Kata Imam Ad-Dzahabi, Darraj ini seorang rawi yang banyak meriwayatkan hadis-hadis Munkar.

Imam Al-Hakim menyatakan keshahihan hadis ini dengan pernyataannya, "Ini adalah shahifah (lembaran) bagi orang-orang Mesir, sanadnya Shahih. Sedangkan Abu Al-Haitsam itu adalah Sulaiman bin 'Utbah Al-'Utwariy yang termasuk di antara orang Tsiqat (kuat) dari penduduk Mesir". (Al-Mustadrak 'ala as-Shahihain)

Akan tetapi, Imam Al-Hakim sendiri meriwayatkan hadis ini melalui jalur Darraj Abu Samhi.***

Posting Komentar

0 Komentar